Sushi itu ringan namun padat gizi: tinggi protein, kaya omega‑3, dan kalori mudah dikendalikan.
Dengan ikan seperti salmon atau tuna, 100 g menyumbang sekitar 20–22 g protein berkualitas dan ±1,5–2,5 g omega‑3 EPA+DHA. Dua potong nigiri salmon umumnya hanya sekitar 90–120 kkal, sehingga mudah menjaga porsi tanpa terasa ‘berdiet’. Kombinasi karbohidrat dari nasi dan protein ikan memberi rasa kenyang yang stabil. Rendah minyak dan bersih di mulut, cocok untuk makan siang kerja atau makan malam ringan.
Kesederhanaan yang presisi menonjolkan rasa bahan terbaik.
Itamae memadukan nasi bersuhu hangat dengan ikan yang sejuk, ketebalan irisan yang tepat, dan olesan nikiri/shoyu dalam kadar minimal. Cuka beras di shari menyegarkan, nori memberi aroma laut yang halus, sementara wasabi dan jahe berperan sebagai pembersih palet. Hasilnya adalah gigitan yang jernih: setiap komponen terdengar, tidak ada yang saling menenggelamkan. Ini adalah kuliner ‘less‑is‑more’ yang menghadirkan kejujuran rasa bahan, bukan ledakan bumbu yang menutupi.
Mikronutrien laut pada sushi mendukung vitalitas—vitamin B12, yodium, dan selenium dalam satu paket.
Ikan laut adalah sumber B12 yang unggul; 100 g tuna dapat melampaui 100% AKG B12 harian. Nori menyumbang yodium dalam kisaran puluhan hingga ratusan mikrogram per lembar, membantu fungsi tiroid yang normal. Banyak ikan juga kaya selenium (sekitar 30–40 µg per 100 g), antioksidan penting bagi sistem imun. Gabungan ini menjadikan sushi pilihan bernutrisi tanpa perlu tambahan yang berlebihan.
Variasinya luas dan mudah disesuaikan—sushi selaras dengan selera Indonesia yang berbasis nasi.
Ada opsi mentah dan matang: nigiri salmon, ebi, tamago, hingga aburi; ada pula pilihan nabati seperti kappa maki atau inari. Porsi bite‑size memudahkan kontrol porsi dan mendorong berbagi, membuat santap bersama lebih nyaman. Rasa bersih dan tekstur kontras—nasi hangat, ikan lembut, nori renyah—membuatnya tidak ‘eneg’ meski disantap berkala. Karena berbasis nasi, transisi rasa terasa familiar bagi lidah Nusantara tanpa kehilangan otentisitasnya.