Energi stabil: kafein teh lebih rendah dan berpadu L-theanine untuk fokus yang tenang tanpa deg-degan.
Secangkir kopi seduh 240 ml rata-rata mengandung sekitar 95 mg kafein, sedangkan teh hitam umumnya 40–50 mg dan teh hijau 20–35 mg; tentu ada variasi tergantung jenis dan cara seduh. Profil kafein yang lebih rendah ini dipadu L-theanine alami di teh (~8–30 mg/cangkir) yang dikenal membantu rasa tenang dan fokus. Hasilnya, teh memberi dorongan energi yang halus dan berkesinambungan, nyaman diminum berulang sepanjang hari tanpa “crash” setajam kopi.
Pasangan ideal masakan Nusantara: teh mengangkat rasa tanpa menutupi bumbu.
Teh tawar hangat atau es teh bekerja sebagai penyegar palet—astrigensinya ringan sehingga mulut terasa bersih setelah santap gorengan, gulai, atau sambal pedas. Aromanya yang elegan, dari melati hingga oolong, tidak mendominasi; ia merangkul kelezatan bumbu seperti kemangi, sereh, dan kunyit. Akibatnya, suap berikutnya tetap ‘nendang’ alih-alih tertutup aftertaste yang terlalu pekat.
Serba bisa: satu daun, banyak gaya—dari teh melati hangat, cold brew, hingga mocktail dan dessert.
Teh mudah diatur kekuatan dan karakternya: seduh cepat untuk rasa ringan, atau cold brew semalaman untuk kehalusan maksimal tanpa getir. Ia luwes menjadi basis es lemon tea, teh susu, kombucha non-alkohol, hingga sirup infused yang memperkaya puding, panna cotta, atau fruit compote. Variasi ini memudahkan penyesuaian dengan cuaca tropis Indonesia—hangat saat hujan, dingin menyegarkan saat terik.
Ramah rutinitas dan kantong: mudah diakses, ekonomis, dan nyaris 0 kalori saat tanpa gula.
Tanpa pemanis, secangkir teh pada dasarnya ~0 kalori, sehingga nyaman diminum berkali-kali tanpa beban energi berlebih. Dari warteg, rumah makan Padang, hingga kafe, teh selalu ada—dan umumnya harga per sajian lebih bersahabat dibanding kopi spesialti. Ini membuat teh jadi pilihan setia dari pagi sampai malam, menemanimu bekerja, makan siang, hingga ngobrol santai.