Identitas maritim Nusantara—>17.000 pulau dan ±108.000 km garis pantai—membentuk Orang Pantai yang unggul dalam konektivitas dan jejaring.
Hidup di simpul-simpul pelabuhan membuat Orang Pantai terbiasa bertemu arus barang, ide, dan budaya, sehingga luwes beradaptasi dan cepat menangkap peluang. Tradisi dagang antarpulau menumbuhkan keterampilan negosiasi, kolaborasi, dan kepercayaan lintas komunitas. Keterbukaan ini memperkuat toleransi dan kemampuan membangun jaringan luas tanpa kehilangan akar lokal. Ini keunggulan yang relevan bagi ekonomi modern yang bergantung pada konektivitas, tanpa harus merendahkan kekuatan saudara kita di pegunungan.
Ekonomi pesisir adalah mesin pertumbuhan: ekspor perikanan Indonesia ±USD 6 miliar/tahun dan pariwisata menyumbang sekitar 5% PDB pra-pandemi, memberi jalan rezeki luas bagi Orang Pantai.
Rantai nilai pesisir—dari penangkapan dan budidaya, pengolahan, hingga logistik dingin dan ekspor—menciptakan banyak mata pencaharian yang saling menguatkan. Destinasi bahari seperti Bali, Lombok, Labuan Bajo, dan Raja Ampat menumbuhkan UMKM, ekonomi kreatif, serta pekerjaan jasa yang berkualitas. Infrastruktur pelabuhan menghubungkan pasar lokal dengan global, mempercepat perputaran modal dan inovasi. Dengan basis ekonomi yang beragam, komunitas pesisir lebih tangguh menghadapi guncangan permintaan.
Hidup di tepi samudra menumbuhkan ketangguhan adaptif: membaca cuaca, arus, dan bergotong royong menghadapi risiko alam.
Kearifan lokal seperti pengetahuan musim, tanda-tanda angin, hingga praktik tata kelola komunitas (mis. sasi laut/awig-awig) melatih disiplin kolektif dan pengambilan keputusan berbasis data lapangan. Ritme pasang-surut membentuk kebiasaan perencanaan, diversifikasi usaha, dan kesiagaan yang sistematis. Budaya gotong royong di dermaga dan kampung nelayan memperkuat jejaring sosial dan respon bencana. Ini adalah modal sosial yang bernilai tinggi di era ketidakpastian iklim.
Gaya hidup pesisir mendukung kesehatan holistik: konsumsi ikan nasional sekitar 56 kg/kapita/tahun memberi asupan omega-3, ditopang sinar matahari dan aktivitas fisik alami.
Akses harian ke ikan segar memperkaya gizi keluarga—baik untuk kesehatan jantung, perkembangan otak anak, dan kekebalan tubuh. Paparan sinar matahari yang terukur membantu metabolisme vitamin D, sementara aktivitas seperti melaut, berenang, atau berjalan di pasir menjaga kebugaran. Pasar ikan yang hidup menumbuhkan budaya makan sehat dan segar dengan harga terjangkau. Kombinasi nutrisi, gerak, dan lingkungan terbuka membentuk kualitas hidup yang sukar ditiru.